Global Perspectives
At 1,905 million square kilometers with over 275 million people, Indonesia is really a big – both figuratively and literally. Indonesia has 34 provinces, 17,000 islands, and 700 living local languages spoken across the archipelago.
As one of the largest multilingual countries in the world, the linguistic landscape in Indonesia is extremely diverse and complex with many languages coexisting and influencing one another. Thus the existence of “Bahasa Indonesia” (which literally means “Indonesian language”) that serves as a unifying force for the country. It is estimated that around 85-90% of the population speaks Indonesian. It is used as the official language in education, government, and media.
But when it comes to how many Indonesians speak Bahasa Indonesia as their first language, the answer would be only less than a quarter of the population speak Indonesian as their primary language. It’s quite hard to give an exact percentage of language usage in Indonesia, since it’s a vast country and the language usage can vary greatly from region to region. In some areas, local languages are widely spoken, while in other areas, they may be used primarily in the home or in certain social contexts. And yet, most people speak their local languages as their mother tongue. In other words, many Indonesians are trilingual.
On education, it’s true that Indonesia is the official language. English is also taught in schools. But some regions require the school curriculum to add “Local Content” as a school subject. Along with this subject, students are expected to learn about their culture and their local language as well. For example, students in Bogor are getting Sundanese lessons while students in Yogyakarta are getting Javanese lessons.
Javanese, Sundanese, Madurese, Buginese, and Minangkabau are the top 5 most spoken local languages in Indonesia. These languages have their own distinct grammars, vocabularies, and are different from the Indonesian language. You might be living in a hustle bustle Jakarta and easily acknowledge it when your neighbor has Javanese as her mother tongue.
Indonesia is also a home to many ethnic and indigenous groups that came with their own unique customs, traditions, and languages. These languages are often referred to as “ethnic languages” as they are spoken by specific ethnic groups or tribes, such as Dayak, Toraja, Batak, or Asmat.
To give you a hint on how complex this linguistic landscape might be, I think my story would give you some idea. Let’s put aside Jakarta and the usual capital city story. I spent my first 18 years living in Balikpapan, a city in Borneo—an island where most outside people referred to as the place where
Dayak people live. In fact, Balikpapan is an immigrant city where people from all around Indonesia with any ethnicity have been living and carrying out business for years. This is an ethnically heterogeneous city where you can easily hear any Javanese, Banjarnese, Manado or you can even recognize any Bugis dialect spoken in public. Contrary to what out side people might assume, it’s not that easy here to find any Dayak language usage in Balikpapan. And due to its diversity and culture, Balikpapan doesn’t use any local language as a primary lingo. We use pure Indonesian with some influence of Banjar and Buginese accent. Back again to another important feature of the linguistic landscape in Indonesia, it is also reflected in the use of different scripts and writing systems. For example, many ethnic groups in Indonesia use their own writing systems, such as Javanese script, Batak script, and Bugis script. That’s why we can still see any Javanese script on the street of signages in Yogyakarta, while we might not find this thing in Borneo.
Don’t forget the use of code-switching where speakers alternate between different languages and dialects depending on the context and audience. There are also some terms of address that are used to show respect and indicate social hierarchy. For example, we use “Mbak” to address a woman who is older than us. And speaking of Bahasa Indonesia, we can not separate this from slang words and phrases—that still turned out quite diverse. Due to the internet, even some IRL slang words and phrases are widely used and understood across the country, while others may be specific to a particular region or subculture. One of the most commonly used slang words in Indonesia is “gue” which is a casual way of saying “saya” (I/me). Another popular slang word is “lo” (you) which is used to address someone in a casual, informal way.
The thing is, Indonesia’s richness in language will make a wanderer wonder about where their home is. A wanderer like me who finds contentment and proximity with every tone, dialect, accent, and lingo that each place offers. Yes, Indonesia is not only a home, it’s also a place where the whisper makes me wonder and wander at the same time.
Indonesia
Language Data Factbook
The Language Data Factbook project aims to make the localisation of your business and your cultural project easier. It provides a full overview of every country in the world, collecting linguistic, demographic, economic, cultural and social data. With an in-depth look at the linguistic heritage, it helps you to know in which languages to speak to achieve your goal.
Read it nowINDONESIAN
Bahasa yang Berkelana
Dengan luas 1.905 juta kilometer persegi dan lebih dari 275 juta penduduk, Indonesia memang benar-benar besar—baik secara kiasan maupun harfiah. Indonesia memiliki 34 provinsi, 17.000 pulau, dan 700 bahasa daerah yang digunakan di seluruh nusantara.
Sebagai salah satu negara multibahasa terbesar di dunia, lanskap linguistik di Indonesia sangat beragam dan kompleks dengan banyak bahasa yang hidup berdampingan dan saling mempengaruhi. Demikianlah keberadaan Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa resmi pemersatu negara. Diperkirakan sekitar 85-90% penduduk berbicara bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi dalam pendidikan, pemerintahan, dan media.
Ketika ada pertanyaan berapa banyak orang Indonesia yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu mereka, jawabannya sebenarnya kurang dari 25% populasinya. Jelas sulit untuk mengetahui secara persis persentase penggunaan ragam bahasa di Indonesia, karena memang negara kepulauan ini sangatlah luas dan penggunaan bahasanya sangat bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Di beberapa kawasan, bahasa daerah digunakan secara luas, sementara di kawasan lain, bahasa daerah mungkin hanya digunakan di rumah atau dalam konteks sosial tertentu. Banyak yang menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Bisa dibilang hampir semua orang Indonesia bisa bercakap-cakap dengan 3 bahasa.
Dalam pendidikan, memang bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar resmi. Bahasa Inggris juga diajarkan di sekolah-sekolah. Namun beberapa daerah mewajibkan kurikulum sekolah untuk menambahkan “Muatan Lokal” sebagai mata pelajaran di sekolah. Dengan adanya pelajaran ini, siswa diharapkan untuk belajar tentang budaya mereka dan juga bahasa daerah mereka. Misalnya, siswa di Bogor mendapatkan pelajaran bahasa Sunda sedangkan siswa di Yogyakarta mendapatkan pelajaran bahasa Jawa.
Bahasa Jawa, Sunda, Madura, Bugis, dan Minangkabau merupakan 5 dari bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Indonesia. Bahasa-bahasa tersebut memiliki tata bahasa, dan kosa kata yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Anda mungkin tinggal di Jakarta dengan segala hiruk pikuknya tapi dari aksen dan kebiasaan, akan mudah mengenali saat ada tetangga yang memang menggunakan Bahasa Jawa sedari kecil.
Indonesia juga merupakan rumah bagi banyak kelompok etnis dan adat, yang datang dengan adat istiadat, tradisi, dan bahasa tersendiri yang unik. Bahasa-bahasa ini sering disebut sebagai “bahasa adat” karena dituturkan oleh kelompok etnis atau adat tertentu, seperti Dayak, Toraja, Batak, atau Asmat.
Untuk sedikit memberi gambaran tentang betapa rumitnya lanskap linguistik di Indonesia, mungkin cerita personal saya bisa sedikit membantu. Mari kita kesampingkan dulu kisah tentang Jakarta, bahasa, dan ibukota. Saya menghabiskan 18 tahun pertama saya di Balikpapan, sebuah kota di Pulau Kalimantan—pulau yang oleh sebagian besar orang-orang di luar disebut sebagai tempat tinggal orang bersuku Dayak. Ya memang benar, namun kenyataannya Balikpapan adalah kota pendatang di mana orang-orang dari seluruh Indonesia dengan bermacam etnis bertransmigrasi dan sudah tinggal di sana selama bertahun-tahun. Balikpapan adalah kota yang sukunya heterogen di mana Anda bisa dengan mudah mendengar bahasa Jawa, Banjar, Manado diperbincangkan di tempat umum. Bahkan seringkali dialek Bugis mendominasi percakapan. Mungkin ini jadi berbalik dengan anggapan orang luar, karena justru tidak mudah menemukan penggunaan bahasa Dayak di Balikpapan. Dan karena keragaman dan budayanya, Balikpapan tidak menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa utama. Kota ini menggunakan bahasa Indonesia murni dengan sedikit pengaruh logat Banjar dan Bugis.
Kembali lagi ke hal penting dari lanskap linguistik di Indonesia, ini dapat tercermin dalam penggunaan aksara dan sistem penulisan yang berbeda. Sebagai contoh, banyak suku bangsa di Indonesia yang menggunakan sistem penulisan sendiri, seperti aksara Jawa, aksara Batak, dan aksara Bugis. Itu sebabnya kita masih bisa melihat aksara Jawa di jalan papan nama di Yogyakarta, sementara hal ini mungkin tidak kita temukan di Kalimantan.
Jangan lupakan penggunaan alih-kode di mana penutur bisa berganti-ganti antara bahasa dan dialek yang berbeda tergantung pada konteks dan audiens. Ada juga beberapa istilah panggilan yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat dan menunjukkan hierarki sosial. Misalnya, kita menggunakan “Mbak” untuk memanggil wanita yang lebih tua dari kita.
Dan bicara bahasa Indonesia, kita tidak bisa lepas dari kata dan frasa slang—yang ternyata masih cukup beragam. Karena internet, beberapa kata dan frasa slang asing banyak digunakan dan dipahami di seluruh negeri, sementara yang lain mungkin khusus untuk wilayah atau subkultur tertentu. Salah satu kata slang yang paling umum digunakan di Indonesia adalah “gue” yang merupakan cara paling informal untuk menyebut “saya”. Kata slang populer lainnya adalah “lo” (kamu) yang digunakan untuk memanggil seseorang dengan cara santai dan informal.
Terkadang, kekayaan bahasa Indonesia akan membuat para pengelana bertanya-tanya di mana rumahnya. Pengelana seperti saya yang menemukan ketentraman dan kedekatan dari setiap nada, dialek, aksen, dan istilah yang ditawarkan setiap tempat. Ya, Indonesia bukan hanya rumah, tapi juga tempat di mana bahasanya berhasil membuat saya bertanya-tanya sambil berkelana.
Rachmadhina Insan Widyapianissa
Freelance Copywriter | Tarot Reader | Pop astrology content creation
Rachmadhina Insan Widyapianissa is currently living her life as a freelance copywriter by dawn and tarot reader by dusk while roaming around here and there.
Photo credit: Dapiki Moto, Unsplash